RSS

Dua Bidadari

22 Des

Saat ku ajukan bahwa aku sudah siap untuk menggenapkan agamaku tak ada kesan terkejut di wajah ummiku, tapi abangku merasa tak percaya, karena secara umur seharusnya aku belum menammatkan sekolah menengah atas. Namaku fathan, lengkapnya Muhammad Maulana fathan, mempunyai saudara kembar bernama Muhammad fatih yang ku panggil abang, karena dia duluan keluar beberapa menit sebelumku. Meski kembar, kami tidaklah mirip karena kami bukan kembar identik. Kemudian kami mempunyai adik kecil yang cantik secantik ummi bernama Fatiya Alfikhoiro.

Bang fatih, begitu aku menyebutnya baru saja naik ke kelas 2 SMA, aku dari dulu memang memilih untuk tidak sekolah karena bagiku sekolah itu adalah ummiku, ummiku sudah mengajariku semua ilmu dari sejak kecil lagi,, Alhamdulillah aku dan bang fatih sudah Al-qur’an sejak umur  7 tahun. Ummi sungguh wanita yang luar biasa dalam mendidik kami. Begitu juga Abi yang sungguh-sungguh memberikan kasih sayangnya pada kami bertiga.

Keseharianku selalu berada dalam mihrabku,, begitulah aku menyebut sebuah ruangan di dalam rumah yang selalu kami gunakan untuk sholat, mengaji dan belajar. Ummi selalu sabar dalam mengajarkan aku semua ilmu, hasilnya aku tak pernah kalah sedikitpun dari bang fatih yang selalu menjadi juara umum di sekolahnya. Ummi adalah bidadariku, ditengah kesibukannya sebagai guru, beliau juga mampu menjadi guru teladan bagi anak-anaknya, guru cinta bagi suaminya, guru kehidupanku. Mengajarkan kebaikan dan kesholehan, meneladani cinta dan kasih sayang. Subhanallah, Maha suci Allah yang menciptakan makhluk sebagus ummi, betapa beruntungnya Abi yang mendapat teman sejati seperti ummi. Ummi bidadari surga yang turun di tengah cinta rumahku. Kecantikan rupa fisiknya menyamankan pandangan, kecantikan akhlaqnya menghadirkan cinta di setiap sisi ruang biduk kehidupan kami.

Sejenak ku berpikir apakah suatu waktu nanti ku bisa mendapatkan bidadari cintaku seperti ummi? Mungkinkah aku seberuntung Abiku? Mempunyai isteri cantik dan sholeha dengan anak-anak yang cerdas dan sholeh? Wallahu a’lam. Ku serahkan semuanya pada Allah, bukankah sesuai prasangka hamba-Nya?

Nah, saat itu tiba bagi ku membuat keputusan untuk memetik setangkai bunga di dunia ini yang insya Allah menjadi pelengkap agamaku. Bukan karena aku telah menemui seorang bidadari seperti ummi. Bagaimana aku bisa kenal dengan banyak bunga? Padahal aku tidak pernah keluar dari mihrabku kecuali untuk sholat jamaah ke mesjid bersama Abi dan bang fatih.  Tapi keputusan ini aku sadari karena aku benar-benar siap untuk menggenapkan dien-ku.

Abi dan ummi menanggapi dengan tenang, namun pada saat ku memberitahu bahwa bunga yang akan ku petik adalah puteri penjaga mesjid dekat kompleks perumahan kami, mereka langsung kaget. Kenapa mereka terkejut? Apakah aku salah? Apakah wanita itu dipandang kurang pantas buat ku?

“bukan sayang, apa fathan sudah pikir matang-matang?” Tanya ummi lembut

“ sudah mi, fathan siap untuk menikahinya,,,

“ fathan, Abi carikan yang lain ya buat fathan? Kenapa kamu bisa memilih dia nak, seusia kamu biasanya memilih yang terbaik untuk dijadikan teman hidup “

“Abi, insya Allah dia yang terbaik,,,”

“ Tapii…” Abi memotong pembicaraanku

“ mungkin fathan tak seberuntung abi yang mendapatkan ummi, cantik secara fisik, dan cantik secara ruhiyah,, tapi tetap hanya dia yang fathan mau bi, ya memang dia tidak cantik, juga cacat, tapi keteduhan sikap, kesabarannya, kelembutannya, keistiqomahannya telah membuatku jatuh hati” ujar ku sembari menangis. Semua hening, dengan lembut ummi mengusap punggungku dan akupun jatuh ke pelukannya. Ummi mengiyakan dan memberi keputusan penuh atas apa yang akan ku jalani.

Permasalahan kembali lagi kala semua keluarga bermusyawaroh, nenek, kakek juga kurang setuju.

“ Fathan, kamu gagah dan tampan cu, bukan susah mendapat yang jauh lebih baik dari dia, biar kakek yang carikan ya cu…”

Namun, apapun yang mereka ucapkan aku sudah pada keputusanku.

“ Fathan sudah siap apapun itu, meski kalian pandang remeh, tapi dia bidadari kedua setelah ummi, ummi adalah bidadari kehidupanku sedangkan calon istriku adalah bidadari cintaku, apalagi yang akan fathan cemaskan, niat fathan hanya menggenapkan dien ini, tidak ada wanita yang lebih baik yang fathan temui selain dia yang bernama Aisyah. Kesabarannya yang selalu menghadapi cemoohan orang telah memikatku, ketekunannya membantu ayahnya membersihkan mesjid sungguh luar biasa, meski cacat tapi akhlaqnya sempurna, banyak yang sempurna fisiknya tapi tidak bagus akhlaqnya.. biarlah dia tidak secantik ummi dari segi fisik, tapi akhlaqnya secantik akhlaq ummi, fathan sudah beruntung mempunyai ummi, dan akan lengkap jika menyuntingnya,, fathan yakin dialah kunci fathan menuju Jannah Allah, insya Allah. Semoga inilah yang Allah kehendaki dari fathan dengan menerima dia apa adanya, karena nikah adalah untuk ibadah menuju Allah, tidak untuk memuaskan hasrat duniawi….”

“ Ummi ridho nak,,, kita akan segera melamarnya untukmu…” ummi mencairkan kembali suasana yang agak tegang,,, kemudian yang lain juga merasa puas dengan semua keputusanku. Termasuk bang fatih dan dik fatiya. Mereka terharu dan memelukku…

 

*                             *                             *                                             *                             *

Nah, pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah di atas? Masihkan ada pilih-pilah? Maka luruskan niat kembali,, bukankah Menikah untuk meraih cinta-Nya dan jannah-Nya? Kenapa kita tega memilih-milih makhluk ciptaan-Nya? Yakinlah apapun yang telah Allah condongkan hati kita padanya adalah jodoh yang telah Dia siapkan,, apakah ada tulang rusuk (jodoh) yang tertukar??

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Desember 22, 2010 inci Uncategorized

 

1 responses to “Dua Bidadari

  1. fatiya

    Desember 22, 2010 at 7:33 am

    Subhanallah,, smg qt bs mngambil ibrohnya…

     

Tinggalkan Balasan ke fatiya Batalkan balasan